Category Archives: My Life

DeJaVu

Lilin itu tidak berpijar dengan sendirinya.
Ia membutuhkan campur tanganmu.
Bagaimana menjaganya untuk tetap berpijar,
dan terkala redup.
Hingga menunggu waktu, kapan saatnya dapat berpijar kembali.
Seperti DeJavu,.

Tuhan,

ke-370

Aku menulis dengan hati dan perasaan
1 prosa, 2 prosa…
1 baris, 2 baris. …
1 bait, 2 bait….
Meretas makna dalam sunyi
Mencari filosofi hidup

…….

Sesampainya di titik hening
Aku berhenti menulis
Untuk apa aku lanjutkan
Buah karya,
ke-370

Terlelap…

Melihatnya tertidur sungguh lucu.
Walaupun terpisah oleh layar kaca.
Dan tak akan pernah tersentuh, aku……….
Tidak ingin mengganggu.
Biarkan ia tetap terlelap…
Di pangkuanmu.

p.s: …………… Ikutan ngantuk…humph! X.~

Hikmah


Aku manusia paling beruntung
Bahwa Tuhan senantiasa berpihak kepadaku
Membukakan mataku untuk selalu melihat kebenaran

Ambil saja..

Sebuah pengakuan untuk mereka yang bahagia,
perilaku diam yang sudah lama saya simpan bertahun-tahun, rasanya ingin saya luapkan disini:

Sakit….Tapi ini lebih baik. Dan sudah sering aku rasakan.
Begitu banyak menerima kebohongan, pengkhianatan, berkali-kali dan bertubi-tubi dari orang-orang tercinta, dari sahabat-sahabat…Begitu banyak kekecewaan, penyesalan dari orang-orang terdekat.
Aku kaya dengan semua itu. Aku sudah biasa…
Karna itu adalah warna warni dari anugrah kehidupan. Bahwa hidup tidak akan berarti bila selalu dihiasi oleh tawa. Air mata?Pedih?sekali-kali perlu. Karna melawan egoisme keserakahan dan merelakan kebahagiaan kepada mereka adalah sesuatu yang luar biasa. Aku tidak pernah merasakan bahwa kebahagiaanku terampas. Aku tidak menginginkan mereka untuk peduli dan mengerti apa yang aku rasa, cukup aku simpan dalam diamku. Aku masih bisa tertawa, bila mereka merasakan kebahagiaan.

Pengorbanan kepada sahabat.
Pengorbanan bakti kepada orang tua.

Keikhlasan untuk memberikan kebahagiaan kepada mereka yang membutuhkan kebahagiaan.
Keikhlasan dihujat, bersabar dalam keadaan terhakimi.
Egoisme untuk serakah dan ego memiliki, hingga membuat orang lain menitikkan air mata, aku tidak mau.

Ambil saja punyaku ayah..ibu..
Ambil saja punyaku sahabatku..
Ambil saja dia..
Ambil saja semua milikku Tuhan.
Aku hanya butuh………..
Seseorang yang datang tulus kepadaku suatu saat nanti..
Baik sahabat atau pasangan hidupku, menemaniku
Hingga membiarkan semuanya indah pada waktunya.

p.s: Terima kasih…ini menjadikanku dewasa dan penuh dengan rasa ikhlas. Sendirian dan kesepian lagi? Tidak apa, memang semuanya bukan milikku tapi milik Tuhan. Ambil saja… =)

Hati tak bertuan


Berpijak kepada bumi lapang
Tak mengenal tepi dan batas
Diam antara titik dan koma

Berpejam mata dari seribu keluhan dan pengakuan

Simpan saja pencarianmu
Karna Hati ini tak ingin bertuan…

p.s : humph…sedang sendirian dan merasa bebas. Kenapa kata-kata ini tau-tau keluar dari pikiran saya?

Apa yang kita kejar dalam hidup?

Ini adalah sebuah perbincangan yang penuh makna antara saya dan sahabat saya Mas Agung, pria berumur 29 tahun dan bekerja di salah satu perusahaan Batu Bara Kalimantan. Dy adalah sahabat saya yang entah kenapa selalu membuka jalan pikiran saya untuk memaknai kehidupan.
Waktu dy baca-baca blog saya yang judulnya “Guntur, Sobat kecil yang hebat”
Waktu mas Agung merasa kangen dengan suasana KKN semasa dy kuliah dulu, secara gak sadar dy bilang :

“Jadi bukan masalah KKN atau apa win. Aku ngerasanya gini, cuma selembar kertas putih yang setelah dicoret2 oleh cerita kehidupan ditumpuk trus kalo udah banyak lalu dibakar. Parah bener nih.. seakan2 ga ada yg tersimpan”

Sebenernya kalimat itu sebuah penyesalan atau apa sih kawan…..?
Selintas saya berpikiran, gak cuma Mas Agung saja yang berpikiran seperti itu. Pasti banyak sekali dan hampir semua orang mempunyai kehidupan layaknya “Hidup seperti selembar kertas putih lalu di coret-coret kemudian dibakar.” Dan ada seseorang yang datang dan mengatakan kepada saya

“Masa lalu itu tidak perlu diingat atau diratapi, lihat saja apa yang ada di depan.”

Saya juga tidak mengerti dan mengapa hampir semua orang tidak mengerti apa yang mereka pelajari dalam 1×24 jam di kehidupannya. Menganggap hidup biasa-biasa saja, membuang waktu tanpa mengerti apa yang mereka pelajari, mengalir tanpa menyaring apapun yang dapat diambil. Hingga arti hidup dalam 1×24 jam terbuang percuma, kosong, dan tidak ada artinya. Lalu, sahabat saya Mas Agung mulai bertanya:

Mas Agung : Sebenarnya apa sih yang kita kejar?
Saya : Yang kita kejar? tidak ada. Hahaha..
Mas Agung : hahah…wrong answer!

Sebentar, di sini saya mulai berfikir. Bahwa jawaban saya itu serius. Memang, Tidak ada yang saya kejar dalam kehidupan saya, tapi saya tetap mempunyai cita-cita dan mewujudkannya. Kenapa jawaban saya dibilang “Wrong Answer?”. Lalu saya mulai mencuci otak sahabat saya ini. Mengapa tidak ada yang saya kejar dalam kehidupan saya.

Saya mengatakan :
Saya tidak tahu kalo di suruh jawab pertanyaan “apa yang saya kejar?” tapi kalau saya ditanya “apa yang saya dapat” saya bisa jawab. Bagaimana kalau kita ubah saja kalimatnya dari “apa yang saya kejar” menjadi “apa yang saya dapat.” Rasanya kalimat dari “apa yang saya kejar” adalah mengejar sesuatu yang kosong dan belum mendapatkan apa-apa.” Tapi kalau “apa yang saya dapat” semua rasanya sudah terkejar. Itu akan menjadikan kita lebih kaya, belajar dan memaknai hidup. Selain itu melatih kita untuk lebih bersyukur.

Kalau ada yang bilang, hidup biasa-biasa saja itu tidak mungkin. Hari itu terus berganti maju, jam selalu berputar dari kiri ke arah kanan, begitu juga dengan arah matahari terbit dan tenggelam. Tidak mungkin dalam 1×24 jam tidak ada pelajaran berharga dalam hidup. Bahkan saya mengatakan pada sahabat saya,

Saya:
“Coba kamu rekam kembali percakapanmu dengan sahabatmu, atasanmu, sampai office boy di kantor dan siapapun yang ada di sana, walaupun kecil saja tapi itu adalah pelajaran berharga yang tanpa sadar kamu lewatkan begitu saja.”

Mas Agung:
“Bosku gila, sahabatku stress. Dan di sini adanya abu-abu win, kamu akan susah membedakan mana yang hitam dan mana yang putih.”

Saya:
“Kamu bilang seperti itu saja sebenarnya sudah belajar, apa artinya abu-abu, apa artinya hitam dan putih. Tapi kamu anggap hal itu adalah biasa.”

Mas Agung:
“Seperti pembelajaran yang tidak digunakan, karena cuma sebatas wacana.”

Saya:
“Siapa bilang tidak berguna?kamu menceritakan hal ini kepada saya itu sudah berguna buat saya. Bahkan sampai kamu tua, kamu akan menceritakan sebagian pengalaman hidupmu dengan anak-anakmu, sampai cucumu. Itu berguna.”

Ya, saya katakan dengan jelas, hidup itu berharga, dalam 1×24 jam hidup itu bermakna. Cukup ingat, rekam dan dengarkan. Itu adalah langkah dari memulai pembelajaran hidup. Dan begitu kita mendengar “Apa yang sudah saya dapat” maka kita sudah berhasil memaknai dan menghargai hidup kita dalam sehari-hari.

p.s : makasih Mas Agung bincang-bincangnya tadi malam. Perbincangan ini sungguh berguna untuk kita dan pembaca blog ini. Lalu, setelah ini “apa yang sudah saya dapat” ketika saya selesai menulis hal ini? pasti ada yang saya dapatkan.

Guntur, sobat kecil yang hebat.

Untuk Guntur, sobat kecilku.
Pengalaman ini tidak akan saya lupakan seumur hidup, ketika pertama kali kita berjumpa dan akhirnya berpisah:

Guntur, sahabat kecilku di sebuah Desa yang tak banyak di kenal orang.
Setiap hari setelah pulang sekolah dy selalu berdiri di depan posko KKN,
lalu menanggalkan sandalnya di depan pintu posko.
“Hai sobat kecil, masuk saja…tidak ada yang melarangmu berkunjung di posko ini”

Dengan senyum harapan, dia masuk perlahan dengan perilaku malu-malu. Tidak henti-hentinya dia melihat barang-barang kepunyaan kami.
Laptop,
Ipod,
Flash Disk,
Printer,
Dan Scanning,
Berserakan……

Sobat kecil selalu bertanya,
“Kak, ini untuk apa? dan bagaimana cara menggunakannya?”

Sungguh itu adalah sebagian pertanyaan kecil, tetapi mengiris iba sampai ke dinding jantung.
Harapan-harapannya mengawang-awang, Rasa ingin tahu yang meledak-ledak,
Hingga kami tak mampu lagi menahan pikiran, hati, sampai tangan kami pun bergerak membuka cakrawala dalam pikirannya.

Saat hari terakhir di pagi hari kami ingin pulang dan meninggalkan desa ini.
Guntur, sesosok sahabat kecil yang mengajarkan kami sesuatu yang lebih berharga. Satu kalimat terakhir yang kudengar dari sobat kecilku Guntur mengatakan:

“Aku lebih memilih kehilangan uang dibandingkan kehilangan sahabat”

Air mata tulus itu mengalir dengan deras di pipinya, terisak-isak sampai nafasnya terengah-engah.
Kami malu, ketika kami hidup di kota, dan melihat barang-barang mewah.
Ketika kami senantiasa selalu menginginkannya. Lalu menyombongkannya, kemudian merusakkannya, lalu kami buang ke tong sampah ataupun gudang.

Dalam tangisannya, aku cukup berkata:
“Sudah, jangan menangis Guntur, kami sahabatmu dan pasti akan bertemu denganmu kembali, terima kasih telah menjadikan kami sebagai sahabatmu yang paling berharga.”

Lalu, aku cukup memberikan sebuah air minum dan makanan kecil, dan memberinya dorongan untuk berangkat ke sekolah pagi itu. Sembari melihatnya menangis terisak-isak di sepanjang jalan menuju sekolah dan membawa air minum dan makanan yang kuberikan.

Itu, cukup membuatku belajar sobat kecilku Guntur, bahwa ketulusan adalah harta yang paling hebat, yang tidak semua orang punya bahkan mungkin anak-anak yang lainnya. Dan bahkan orang dewasa sepertiku.
Itulah Guntur, sobat kecilku yang hebat.


(Si Guntur lagi main kartu dan sulap bersama saya)


Anak-anak ini tidak mau ditinggal saya pada waktu itu. Kemana-mana maunya ikut saya.
Iya, saya tahu. Bahwa kalian juga sahabat yang hebat.

Sedang Buntu.

Tidak ada yang perlu dibangun atas dasar kebohongan.
Tidak ada yang bisa diwujudkan atas dasar ketidakyakinan.
Tidak ada jalan yang mulus di atas jalan ketidakbenaran.
Semua akan hancur tidak bersisa
.

Jika optimis berada di jalan yang salah, sama saja memasukkan benda bulat ke dalam kotak. Buntu. Sekarang mau apa?merajut benang yang sudah kusut menjadi lebih kusut sampai akhirnya putus?Ini bukan soal pribadi ganda. Jika saja kamu tau bahwa apa yang aku putuskan adalah sesuatu yang bisa kusampaikan sebabnya. Aku lebih memilih bungkam. Biar aku yang menanggung semuanya.

Hadiah terindah untuk Bangsa.

Gini lho bu cara buat kopi kedelai

Ahaha!! Malu dah gw jadi tutor Proker!

Ayo adek2...mari kita belajar..

Kenapa anak2 di desa lebih antusias belajar di banding anak2 kota?

Cheese...kangen kalian semua. =)

Hal-hal terindah di dunia ini terkadang tak bisa terlihat dalam pandangan atau teraba dengan sentuhan..
Mereka hanya bisa dirasakan dengan hati.
Dengan uluran tangan yang nyata, dan sedikit kata untuk berbicara. Adalah hal baik dan berguna bagi mereka yang membutuhkan.

Hadiah terindah dariku untuk bangsa.
M.E.R.D.E.K.A!!

17 AGUSTUS 2009